Gagal Paham NU

Filled under:

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan yang sangat unik. Sebagai organisasi yang dimotori oleh kiai-kiai di pesantren, NU ternyata sering kali melahirkan pemikiran yang sangat modern dan sepak terjangnya kerap di luar dugaan. Dalam demo berjilid-jilid terkait tuduhan penistaan agama oleh Ahok misalnya, NU justru menahan diri untuk tidak turut larut dalam gegap gempitanya aksi-aksi yang dilabeli "Bela Islam".

Keunikan yang dimiliki NU dan sepak terjangnya yang sulit diprediksi itu, membuat banyak kalangan gagal memahami NU. Bahkan tidak sedikit orang yang merasa menjadi bagian dari warga NU, tetapi sesungguhnya ia tidak memahami NU. Sehingga muncul istilah "NU rasa FPI", "NU rasa wahabi" dan sebagainya. Dia merasa sebagai orang NU tapi cara pandangnya seperti FPI, seperti wahabi dan sebagainya.

Bukan cuma itu. Sejumlah kiai dan pesantren tertentu yang aqidah dan amaliahnya sama dengan NU, tapi karena tidak memahami NU, mereka terkesan mengambil jarak dengan NU, malah ada pula yang nyinyir jika bicara soal NU.

Kendati demikian, NU tidak pernah nampak gamang. NU seolah tidak merasa butuh untuk dipahami. NU membiarkan orang untuk mau memahami atau tidak memahaminya. NU tetap konsisten dalam kemandirian berpikir dan bertindak. Sebab bagi NU sendiri sudah jelas peran apa yang harus dilakoni.

Sebagaimana diketahui, NU didirikan oleh para tokoh ulama Ahlussunah wal Jamaah, dan dibentengi oleh para kiai dari pesantren-pesantren yang tersebar di seluruh Nusantara. Untuk apakah para ulama yang sudah berkiprah di pesantren harus pula membuat organisasi yang kemudian diberi nama Nahdlatul Ulama?

Dari sini sudah jelas, NU bukanlah semacam majelis taklim atau sejenisnya. Sebab jika semata hanya untuk mengurusi persoalan agama dan internal umat Islam, para kiai sudah melakukannya di pesantren-pesantren. Tapi sejak mulanya, ketika masih berupa embrio bernama Komite Hijaz, NU memang sudah dirancang oleh para kiai untuk dipersembahkan kepada Indonesia dengan kebhinekaannya, dengan kemajemukannya, dengan pluralitasnya.

Kalau boleh meminjam perumpamaan yang dibuat Emha Ainun Najib, maka ibarat restoran pesantren adalah dapurnya, sedangkan NU adalah ruang depan tempat masakan disajikan. Pesantren adalah tempat mempelajari Islam, sedangkan NU berperan untuk menampilkan Islam dalam rule of game yang berlaku di Indonesia yang plural.

Peran NU itulah yang sering disalahpahami oleh orang-orang yang hanya mempelajari Islam, tetapi tidak kemudian belajar bagaimana hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia yang bhineka tunggal ika. Sebab mereka hanya mempelajari Islam untuk ruang internal, Islam yang masih berada di 'dapur restoran'. Mereka belum belajar bagaimana 'menyajikan' Islam dalam ruang kebangsaan.

Maka alangkah mubadzir dan membuang-buang energi saja, jika NU harus melayani kenyinyiran mereka yang gagal paham. Lebih baik bersikap seperti yang dikatakan pepatah: "Biarlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.

Oleh Taufik Fathoni
NU.or.id

1 komentar:

  1. BROKER TERPERCAYA
    TRADING ONLINE INDONESIA
    PILIHAN TRADER #1
    - Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
    - Sistem Edukasi Professional
    - Trading di peralatan apa pun
    - Ada banyak alat analisis
    - Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
    - Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
    Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
    Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
    Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
    Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......

    Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!

    ReplyDelete